Para Pemegang Saham dan Pemangku Kepentingan yang terhormat,
Perekonomian global menunjukkan kinerja yang bervariasi, dipengaruhi oleh tensi geopolitik, fragmentasi perdagangan, serta dinamika kebijakan moneter di berbagai negara. Dalam situasi ketidakpastian ini, Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada Triwulan IV Tahun 2024 sebesar sebesar 5,03% (yoy), lebih tinggi dibandingkan peer countries seperti Singapura (4,3%), Arab Saudi (4,4%), dan Malaysia (4,8%). Pertumbuhan ini didorong oleh sektor Jasa Lainnya, diikuti oleh Jasa Perusahaan, serta Transportasi dan Pergudangan. Di sisi lain, sektor industri pengolahan tetap menjadi pilar utama perekonomian domestik. Menyinggung inflasi global yang secara umum mengalami tren penurunan secara moderat, Indonesia mampu menjaga inflasi pada tingkat terkendali di level 1,57% (yoy) yang mencerminkan bahwa permintaan domestik tetap terjaga. Indonesia juga mencatatkan surplus neraca perdagangan pada Triwulan IV Tahun 2024 sebesar USD 29,04 miliar.
Menghadapi tantangan ekonomi dan geopolitik global, stabilitas sistem keuangan Indonesia pada Triwulan IV Tahun 2024 terus resilien dengan optimisme terhadap kinerja domestik yang terkendali. Sejalan dengan hal ini, sektor jasa keuangan tumbuh kontributif didukung oleh tingkat permodalan yang kuat, likuiditas memadai, dan profil risiko yang terjaga. Secara khusus, laba bersih Perusahaan Pembiayaan mengalami penurunan sebesar 2,12% (yoy) atau menjadi Rp22,52 triliun. Meski demikian, kinerja Perusahaan Pembiayaan mengalami kenaikan yang tercermin dari pertumbuhan (qtq) total aset, likuiditas, dan ekuitas masing-masing sebesar 1,01% atau menjadi Rp588,94 triliun, 0,21% atau menjadi Rp419,13 triliun, dan 3,04% atau menjadi Rp169,81 triliun. Selain itu, piutang pembiayaan tumbuh sebesar 6,92% (yoy) yang didominasi oleh Pembiayaan Multiguna dan Pembiayaan Investasi. Sementara, rasio Non-Performing Financing (NPF) gross tercatat 2,70% dan Gearing Ratio tercatat 2,31 kali atau masih di bawah ambang batas yang ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Menghadapi tantangan ekonomi dan geopolitik global, stabilitas sistem keuangan Indonesia pada Triwulan IV Tahun 2024 terus resilien dengan optimisme terhadap kinerja domestik yang terkendali. Sejalan dengan hal ini, sektor jasa keuangan tumbuh kontributif didukung oleh tingkat permodalan yang kuat, likuiditas memadai, dan profil risiko yang terjaga. Secara khusus, laba bersih Perusahaan Pembiayaan mengalami penurunan sebesar 2,12% (yoy) atau menjadi Rp22,52 triliun. Meski demikian, kinerja Perusahaan Pembiayaan mengalami kenaikan yang tercermin dari pertumbuhan (qtq) total aset, likuiditas, dan ekuitas masing-masing sebesar 1,01% atau menjadi Rp588,94 triliun, 0,21% atau menjadi Rp419,13 triliun, dan 3,04% atau menjadi Rp169,81 triliun. Selain itu, piutang pembiayaan tumbuh sebesar 6,92% (yoy) yang didominasi oleh Pembiayaan Multiguna dan Pembiayaan Investasi. Sementara, rasio Non-Performing Financing (NPF) gross tercatat 2,70% dan Gearing Ratio tercatat 2,31 kali atau masih di bawah ambang batas yang ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan.